Selasa, 12 Desember 2017

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Keluarga

 
Pic : Bisnis Keluarga, Source : http://www.ayopreneur.com
  
     Dalam dunia bisnis, usaha yang dijalankan tidak selalu langsung menjadi sebuah usaha yang besar. Banyak diantara pebisnis sukses yang merintis usahanya mulai dari usaha kecil rumahan hingga berkembang dan menjadi pemimpin pasar berkat kerja keras dan manajemen yang baik serta usaha yang pantang menyerah. Namun, tidak sedikit pula usaha rintisan tersebut gagal ditengan jalan dan mengalami kehancuran. Berikut beberapa contoh usaha yang sukses dan yang mengalami kegagalan :

-Usaha Keluarga yang Sukses

  • Kapal Api (PT Santos Jaya Abadi)
     Tahukah Anda kalau brand Kapal Api telah ada dari tahun 1927? Kopi asli Indonesia ini diproduksi oleh PT. Santos Jaya Abadi, yang bermula dari industri rumahan milik Go So Loet. Nama Kapal Api dipilih untuk mencerminkan temuan yang paling mutakhir di jaman itu.
     Berkat pemikiran pendirinya yang terbuka, perusahaan terus berkembang. Modernisasi juga berlanjut setelah pimpinan perusahaan dipegang oleh ketiga anak Go So Loet, yaitu Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, dan Singgih Gunawan. Saat ini, Kapal Api mendominasi penjualan kopi di Indonesia.

  • Maspion Grup
     Kalau Anda pernah belanja perkakas rumah tangga, pasti Anda kenal dengan brand Maspion. Perusahaan ini terkenal akan dedikasinya untuk menghasilkan produk dalam negeri yang berkualitas dengan harga terjangkau. Sebelum menjadi raksasa seperti sekarang, Maspion dulunya memproduksi lampu teplok kecil-kecilan. Perusahaan ini didirikan oleh Alim Husin dan Gunardi Go pada tahun 1962 dengan nama UD Logam Jawa. Pada tahun 1972, nama perusahaan berganti menjadi Maspion dan Alim Husin resmi menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada anak-anaknya. Di bawah pimpinan anak tertua, Alim Markus, Maspion terus berkembang. Jumlah karyawan Maspion saat ini mencapai 13.000 orang.

  • Wings Grup
     Wings Group bermula dari industri rumahan yang didirikan oleh Johannes Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada tahun 1949. Awalnya, perusahaan ini memproduksi sabun colek dengan pasar yang terbatas di kawasan Surabaya saja. Di bawah kendali anak sulung Johannes, Eddy William Katuari, perusahaan terus melebarkan sayap. Kini, Wings Group adalah pemain terbesar kedua di industri consumer goods di Indonesia.



-Usaha Keluarga yang Gagal
  • Nyonya Meneer
     Pabrik jamu Nyonya Meneer bangkrut setelah gagal membayar utang Rp 7,04 miliar kepada kreditornya. Sebelumnya, Pengadilan Negeri Semarang memutuskan Perusahaan jamu PT Nyonya Meneer untuk dipailitkan, akibat kegagalan membayarkan kewajiban utang kepada krediturnya. Putusan itu dijatuhkan dalam sidang pada Kamis, 3 Agustus 2017. Pemohon menyatakan PT Nyonya Meneer tidak memenuhi kewajiban untuk membayar utangnya sebesar Rp 7,04 miliar. Kurator juga telah ditunjuk untuk menyelesaikan kewajiban Nyonya Meneer kepada kreditor. Nyonya Meneer juga masih berutang Rp 10 miliar kepada para karyawan yang diberhentikan. Masalah lain yang menjadi pemicu tutupnya pabrik jamu bisa dipicu oleh penerusnya. Pada awal dirintis pertama, mungkin jamu tersebut dirintis oleh sang ayah, ibu atau keduanya. Namun pada generasi kedua, mereka memiliki anak keturunan, begitu juga pada generasi ketiga, yang memunculkan cucu dari perintis yang membuat konflik internal di perusahaan tak dapat dihindarkan.

  • Bakrie Grup (Esia)
     Rontoknya satu persatu kerajaan bisnis Aburizal Bakri, bagaikan menunggu meledaknya bom waktu. Dan kini salah satu diantara matarantai bisnis Group Bakri itu yaitu Bakrie Telecom, menemui ajalnya. Bisnis komunikasi yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun, yang berawal dari Ratelindo atau Radio Telephone Indonesia, sebuah sistem komunikasi telepon radio tak bergerak untuk rumahan.
     Alih-alih membangun infrastruktur baru dan menambah jumlah pelanggan, operator tersebut justru mengurangi operasional sejumlah BTS-nya akibat diputus penyedia menara atau sebab lainnya. Pelanggannya pun terus mengalami penurunan. Pasalnya PT Bakrie Telecom Tbk (Esia) menanggung rugi sebesar Rp 1,5 triliun pada kuartal III 2013.


-Analisis Faktor Keberhasilan Usaha Keluarga Berdasarkan Konsep Good Corporate Governance (GCG)

     Usaha keluarga yang dijalankan akan tumbuh dan berkembang dengan adanya kemampuan manajemen yang baik. Dengan manajemen yang baik akan membuat sumber daya yang dikeluarkan perusahaan menjadi optimal dalam menghasilkan keuntungan. Untuk menciptakan manajemen yang baik, maka diperlukan adanya penerapan konsep GCG dengan ke-5 prinsipnya. Berikut ke-5 Prinsip GCG :
  • Transparansi
     Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan perusahaan atas informasi kepada seluruh stakeholder dan share holder. Dengan adanya transparansi, para pemilik kepentingan dapat mengetahui kegiatan yang dijalankan perusahaan apakah berjalan baik atau sebaliknya, sehigga terciptalah sistem controlling oleh semua pihak.

  • Akuntabilitas
     Dengan kepemilikan yang terkonsentrasi dan struktur bisnis yang didominasi keluarga, secara langsung kontrol lebih banyak dipegang oleh keluarga. Posisi-posisi penting perusahaan ditempati oleh anggota keluarga, bahkan tidak jarang satu orang berperan ganda pada beberapa posisi. Pembagian peran dalam perusahaan banyak dilandasi oleh hubungan kekeluargaan. Suksesi pun berasal dari anggota keluarga. Tingkat akuntabilitas pada perusahaan keluarga menjadi lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga.

  • Tanggungjawab
     Meskipun dalam menjalankan usaha keluarga lebih banyak terlibat dengan keluarga atau saudara sendiri, namun tanggungjawab sebagai seorang profesional harus tetap dijaga agar kinerja perusahaan tetap baik. Dengan menjaga tanggungjawab profesi, akan meningkatkan kinerja seseorang dan berimbas pada kemajuan perusahaan.

  • Independensi
     Perusahaan keluarga cenderung lebih rendah tingkat independensi dalam bisnis dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga, apabila dilihat dari struktur bisnisnya. Dewan direksi (level manajerial) pada perusahaan keluarga didominasi oleh anggota keluarga. Pengambilan keputusan bisnis juga akan cenderung lebih subjektif karena perusahaan akan mengambil keputusan yang menguntungkan beberapa pihak tertentu saja. Kecuali apabila perusahaan menggunakan jasa pihak eksternal (auditor atau konsultan) untuk mengawal dan mengontrol jalannya bisnis. Hal tersebut yang dilakukan oleh perusahaan keluarga, khususnya yang sudah profesional, untuk menjaga tingkat objektivitas bisnis.

  • Keadilan
     Keadilan yang dimaksud disini, dalam menjalankan sebuah usaha keluarga tentunya adalah setiap orang atau anggota keluarga yang terlibat harus mendapat haknya sesuai dengan tanggungjawabnya dalam perusahaan. Bila prinsip keadilan ini tidak dijaga, maka yang paling beresiko muncul adalah konflik internal dalam bisnis tersebut. Hal ini telah terbukti dengan jatuhnya "nyonya meneer" akibat konflik dari anggota keluarga.



-Faktor Sukses Bisnis Keluarga
  • Kuatnya rasa persatuan dalam keluarga
     Keluarga yang bersatu padu jauh lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan biasanya menempatkan kepentingan bisnis dan keluarga di atas kepentingan diri sendiri. Biasanya keluarga membangun persatuan dengan mengutamakan komunikasi di antara mereka. Berikut adalah beberapa hal yang mereka lakukan:
  1. Mengadakan pertemuan keluarga biasa
  2. Mendidik anggota keluarga tentang bisnis
  3. Membangun ketrampilan dalam menyelesaikan konflik
  4. Belajar tentang komponen komunikasi yang baik
Pic Source : https://hbr.org

  • Tidak hanya memikirkan keuntungan dan uang
     Keluarga yang sukses berkomitmen untuk satu set nilai di luar keuntungan dan uang. Nilai-nilai ini biasanya terwujud dalam bentuk pernyataan misi atau visi. Sebagai contoh, salah satu keluarga bekerja sama dengan mendefinisikan misinya untuk menciptakan peluang ekonomi bagi karyawan dan masyarakat. Membangun seperangkat nilai-nilai inti ini memberikan anggota keluarga tujuan dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Keluarga yang memanfaatkan kekuatan ini:
  1. Menentukan nilai-nilai inti
  2. Menerjemahkan nilai-nilai ke dalam tindakan
  3. Menggunakan nilai-nilai untuk membangun budaya yang kuat

  • Memiliki visi terpadu
     Tanpa rencana suksesi yang cermat, meneruskan obor dari satu generasi ke generasi berikutnya terasa seperti menyerahkan kotak Pandora yang penuh dengan masalah yang kompleks. Perencanaan suksesi jauh lebih rumit dari sekedar mencari tahu siapa yang akan menjadi CEO berikutnya. Perubahan manajemen, pajak dan pensiun terkait erat dengan suksesi, dan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, bisnis keluarga yang sukses akan:
  1. Membangun sebuah dewan independen untuk memberikan pertanggungjawaban kepada manajemen
  2. Mengatur rencana strategis bisnis secara teratur
  3. Menyelaraskan strategi dengan nilai-nilai dan visi milik keluarga

  • Mempersiapkan generasi berikutnya
     Investasi dalam generasi berikutnya adalah suatu keharusan. Sayangnya, 'investasi' di generasi berikutnya sering disalahartikan sebagai 'menemukan CEO berikutnya'. Ini perangkap umum untuk bisnis keluarga yang mengalami kebangkrutan sebelum jatuh ke generasi berikutnya. Dalam berbagai kasus, keturunan berikutnya yang bergabung dalam bisnis keluarga hanya untuk menyenangkan orang tua akan menjadi penerus dengan performa buruk dan harga diri yang rendah. Di bawah kepemimpinan mereka, bisnis, lebih sering daripada tidak, akan gagal. Mereka menjadi rentan terhadap apa yang disebut 'penerus terkutuk'. Generasi 'terkutuk' ini terlalu meniru orang tua mereka. Keluarga multi-generasi sukses menangkal kutukan ini dengan berinvestasi dalam generasi berikutnya dengan:
  1. Membantu generasi penerus memilih pekerjaan yang sesuai dengan skill/gairah mereka
  2. Mempersiapkan generasi penerus untuk menjadi pemilik yang bertanggung jawab
  3. Membimbing generasi penerus untuk bertanggung jawab terhadap kinerja mereka
  4. Mendidik generasi penerus tentang tantangan kepemimpinan

KESIMPULAN

     Dalam menjalankan usaha keluarga hendaknya menjaga rasa kepercayaan serta pembagian hak dan kewajiban yang sesuai (keadilan). Rasa percaya dan keadilan yang muncul akan meningkatkan kinerja usaha karena masing-masing pihak akan bekerja semaksimal mungkin tanpa adanya rasa curiga dan kecemasan akan haknya. Selain itu, Kepercayaan dan keadilan akan tetap menjaga hubungan keluarga itu sendiri.



Terima Kasih

Senin, 11 Desember 2017

Optimalisasi Kekayaan Alam Indonesia

Raja Ampat, source : anatureland.blog
Pemanfaatan Kekayaan Alam Indonesia   

 
     Kekayaan alam yang dimiliki oleh sebuah negara dapat menjadi "harta karun" tersendiri bagi negara tersebut, namun di lain sisi, kekayaan alam yang melimpah juga dapat menjadi "racun" bagi negara tersebut. Sebagai contoh, Singapura yang tidak memmiliki sumber daya alam dapat menjadi salah satu negara maju didunia, sedangkan negara yang kaya akan sumber daya alam seperti Irak dan Kuwait justru yang paling terendah pendapatan per kapitanya. Hal ini, salah satunya disebabkan karena negara dengan kekayaan melimpah belum tentu dapat mengelola sumber daya dengan baik, baik karena kekurangan permodalan maupun ketidak tersediaan teknologi. Sebagai alternatif, negara akan menyerahkan pengelolaan sumber daya kepada pihak asing dengan kemampuan yang memadai.

     Namun, yang menjadi pertanyaan apakah dengan dikelola oleh pihak asing Sumber Daya Alam Yang ada dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat? hal ini berlaku juga untuk Indonesia. Dibutuhkan modal besar untuk dapat mengelola sumber daya alam yang melimpah, oleh karena itu, negara akan memancing investasi dari luar negeri untuk dapat mengelola dan memberikan hasil sesuai dengan kontrak kerja sama. Namun masalahnya adalah kebijakan pengelolaan sumber daya alam di tanah air masih kurang kondusif. Pelaku Industri banyak mengeluhkan soal ketidakpastian hukum dan regulasi yang tidak stabil sebagai hambatan utama. Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pertambangan ASEAN yang juga Presiden Direktur PT. Newmont Nusa Tenggara, Martiono Hadianto. Menurutnya aturan dan kebijakan terkait pengolahan sumber daya alam Indonesia sangat tidak ramah terhadap investor. Belum lagi masalah korupsi dan lemahnya institusi pengelola yang kerap membuat investor ragu berinvestasi di Indonesia. Laporan dari sektor pertambangan 2013 yang dirilis Asosiasi Pertambangan Indonesia merinci ada 17 faktor yang menghambat pertumbuhan industri sumber daya alam Indonesia. Mulai dari tidak adanya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam hal perijinan, kurangnya jaminan keamanan investasi hingga isu tenaga kerja. Pemerintah menerbitkan peraturan yang menyebabkan perusahaan nasional sekelas Pertamina saja sulit melakukan eksplorasi. Kebijakan itu membuat eksplorasi sumber daya alam Indonesia anjlok. Di sektor minyak dan gas, Indonesia yang sebelumnya produsen kini turun kelas menjadi importir untuk menutup kebutuhan migasnya. Kondisi serupa juga terjadi di sektor eksplorasi pertambangan. Tahun 2011 lalu, total eksplorasi di Indonesia hanya $330 juta dollar saja alias 1,8% dari total anggaran eksplorasi pertambangan global yang mencapai lebih dari $18 juta.

     Adapun disisi lain terdapat kekayaan alam strategi Indonesia yang telah dikelola oleh pihak asing dan menghasilkan jumlah produksi yang sangat besar. Adalah tambang emas di Papua yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia yang menghasilkan jumlah hasil tambang melimpah. Namun faktanya, meskipun hasil tambang melimpah, tetapi masyarakat di daerah Papua belum dapat merasakan hasil dan kemajuan dari pertambangan tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya ketidak sesuaian pembagian hasil yang dirasakan masih sangat sedikit bagi pihak Indonesia.


Sumber : http://solo.tribunnews.com/2016/08/23
Usaha yang Harus Dilakukan Pemerintah RI

     Berkaca dari kejadian PT Freeport saat ini, yang harus dilakukan pemerintah adalah lebih mengkaji secara mendalam untuk perjanjian kerjasama dengan pihak asing. Sehingga Indonesia dapat memperoleh haknya yang sesuai dan layak sebagai negara dengan kakayaan melimpah. Saat ini, kebijakan yang positif diambil oleh Presiden RI Bpk. Jokowidodo adalah mengusahakan divestasi saham PT Freeport serta perubahan status kontrak karya menjadi IUPK. Kebijakan ini tentunya akan sangat menguntungkan Indonesia karena pembagian hasil akan bertambah dan lebih dari 50% saham PT Freeport dimiliki oleh pihak Indonesia.


     Selain itu, akar dari kurangnya pendapatan negara adalah utamanya masalah korupsi, Pemerintah harus tetap menguatkan fungsi KPK untuk dapat mencegah dan menhilangkan praktik korupsi di Indonesia. Juga Pemerintah harus terus menghasilkan Undang-Undang yang membuat iklim investasi di Indonesia menjadi kondusif dan stabil yang tentunya akan menarik banyak investor khususnya untuk mengelola kekayaan alam Indonesia.




Terima Kasih

- Sponsored By -

Md.Sport94
Badminton Gear Specialist
Insta : md.sport94
WA : 0895.2112.3760
----------------------------------
Jasa Bengkel Akuntansi
-Pembuatan Laporan Keuangan
-Review Laporan Keuangan
-Pembuatan Laporan Pajak
-Part Time Accounting
WA : 0895.2112.3760